 |
| Dr. Cipta Endyana, M.T. (Foto: Dadan Triawan) |
[unpad.ac.id,
10/12/2020] Citarum adalah sungai yang menjadi denyut nadi sebagian
besar masyarakat Jawa Barat. Sayangnya, sungai sepanjang 270 km ini
masuk ke dalam daftar sungai terkotor di dunia oleh World Bank pada 2018
silam. Ini disebabkan, pencemaran Citarum sudah dikategorikan berat
serta tingkat sedimentasi yang tinggi.
Pemerintah Indonesia sendiri mulai merevitalisasi Citarum melalui
program “Citarum Harum”, mulai pertengahan 2018. Program ini melibatkan
berbagai pihak yang tergabung dalam satuan tugas khusus. Mulai dari
sektor pemerintah, militer, pelaku industri, akademisi, hingga
komunitas. Tidak terkecuali Unpad.
Secara konsisten, Unpad ikut berkontribusi dalam upaya menangani
permasalahan di Citarum. Salah satunya adalah membentuk Pusat Riset
Citarum atau Citarum Center of Research (CCR).
Ketua CCR Unpad Dr. Cipta Endyana, M.T., menjelaskan, CCR Unpad
didirikan menyusul adanya kebutuhan terkait perspektif akademisi dalam
menyelesaikan permasalahan di Citarum. Karena itu, aktivitas riset di
CCR tidak hanya terfokus pada satu bidang keilmuan saja, tetapi bersifat
multidisiplin.
“Karena Citarum itu harus dilihat dari berbagai perspektif, tidak bisa
parsial, sehingga banyak bidang ilmu yang terkait. Hal itulah yang
menjadi ciri khas tujuan dari berdirinya CCR,” ujar Cipta saat ditemui
di ruang CCR Unpad, beberapa waktu lalu.
Sejak didirikan dan dikukuhkan sebagai pusat riset 2019-2020, CCR Unpad
mulai intens melakukan penelitian multidisiplin. Sampai saat ini, lebih
dari 10 publikasi ilmiah dihasilkan oleh CCR Unpad.
Meski demikian, Unpad sendiri sudah lama melakukan penelitian di
Citarum. Cipta mengatakan, sekira 318 penelitian terkait Citarum sudah
dilakukan Unpad sejak awal berdiri. Penelitian ini merepresentasikan
Pola Ilmiah Pokok Unpad yaitu “Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup
dalam Pembangunan Nasional”.
[irp]
Cipta menilai, permasalahan di Citarum terbilang kompleks. Ini
disebabkan, permasalahan bukan hanya dari segi kerusakan alam, tetapi
juga masalah sosial. Masalah sosial juga isu sosial yang mesti
diselesaikan.
Dijelaskan Cipta, ada sejumlah isu sosial yang mengemuka. Pertama adalah
kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Tercemarnya sungai salah satunya diakibatkan oleh tingginya jumlah
sampah plastik maupun limbah rumah tangga lainnya yang dibuang ke
sungai.
Selain itu, karena menjadi nadi kehidupan Jabar, banyak masyarakat yang
menggantungkan hidupnya di sepanjang aliran sungai. Baik untuk tempat
tinggal, aktivitas bertani dan beternak, hingga membangun industri.
Tidak heran jika banyak industri tumbuh di sepanjang DAS CItarum maupun
Subdas Citarum. Cemaran limbah ke sungai tidak bisa dimungkiri.
Dosen Sekolah Pascasarjana dan Fakultas Teknik Geologi Unpad ini
menjelaskan, pencemaran limbah sudah terjadi sejak dari kawasan hulu
terus menjalar hingga kawasan hilir. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa pencemaran Citarum terkategorikan berat.
Jika dibandingkan dengan sungai yang tercemar lainnya, Citarum bisa
dinilai yang paling berat. Ini diperparah dengan minimnya area
konservasi yang ada di sepanjang aliran sungai.
“Di tempat lain, rata2 berkembangnya urbanisasi manusia sehingga terjadi
pencemaran paling banyak di hilir sungai. Sementara hulu tidak
terganggung. Kalau Citarum terbalik. Bermasalahnya di hulu terus
bermasalah sampai ke hilir,” kata Cipta.
Hal inilah yang mendorong banyak pihak ingin berkontribusi dalam
menyelesaikan masalah di Citarum. Tidak terkecuali perguruan tinggi luar
negeri. Saat ini, CCR Unpad tengah menjalin kerja sama riset dengan
Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, serta
Monash University, Australia.
Kerja sama dengan MIT dilakukan untuk pengembangan teknologi untuk
meningkatkan kualitas air sungai dengan tujuan peningkatan kesehatan
masyarakat. Sementara kerja sama dengan Monash akan dilakukan terkait
penangan masalah sanitasi di area DAS Citarum.
Sayang, sejak pandemi Covid-19 melanda, kerja sama riset ini harus
ditunda. Diharapkan, kerja sama akan kembali dilanjutkan begitu pandemi
usai.
[irp]
Konsorsium Perguruan Tinggi
Tidak hanya perguruan tinggi luar negeri, komitmen juga muncul dari
sejumlah perguruan tinggi Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Untuk itu,
CCR Unpad terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam
melakukan riset terkait Citarum.
“Kita buka selebar-lebarnya riset apa saja, tidak ada batasan. Kita
dorong teman-teman di perguruan tinggi untuk meriset, hasil risetnya
kita open ke publik,” ujar Cipta.
Atas inisiasi CCR Unpad, telah dibentuk Forum Akademisi Citarum (Fact).
Forum ini dibentuk untuk mewadahi berbagai hasil riset dan pengabdian
para akademisi yang akan, sedang, dan telah dilakukan di Citarum. Forum
ini diketuai langsung oleh Cipta.
Nantinya, kata Cipta, Fact akan membentuk koordinator wilayah riset,
sehingga setiap perguruan tinggi anggota forum akan mengoordinatori
riset berdasarkan wilayah yang ditunjuk, baik di segmen hulu, tengah,
hilir, atau di wilayah subdas sekalipun.
Adanya koordinator wilayah ini akan menata aktivitas riset di Citarum,
sehingga setiap perguruan tinggi akan fokus mengerjakan riset
berdasarkan wilayahnya masing-masing. Ini akan mendorong penataan riset
dan menghindari riset yang ganda.
[irp]
Namun, bukan berarti setiap perguruan tinggi hanya boleh melaksanakan
riset di satu wilayah saja. Cipta menuturkan, setiap perguruan tinggi
boleh melakukan riset di luar wilayahnya. Namun, tetap berkoordinasi
dengan korwilnya.
“Hasil dari situ, semua riset akan dikumpulkan sehingga semua akademisi
punya peran yang sama dan kemungkinannya kecil untuk ada riset sejenis,”
kata Cipta.
Nantinya, publikasi riset akan menghasilkan 2 jenis, yaitu artikel
ilmiah dan artikel populer. Artikel ilmiah untuk kebutuhan publikasi di
jurnal, sedangkan artikel populer ditujukan untuk berbagi dengan
komunitas, pemerintah, maupun pelaku industri yang ada di Citarum.
Saat ini, penunjukkan koordinator wilayah masih dibahas oleh Fact. Unpad
sendiri kemungkinan besar akan terkonsentrasi di kawasan subdas
Citarik, salah satu subdas di DAS Citarum. “Karena Unpad berlokasi di
Jatinangor yang masuk ke subdas Citarik, maka kemungkina besar kita di
sana,” kata Cipta.*
Silakan mencantumkan tautan/membuat
hyperlink
https://www.unpad.ac.id/2020/12/ccr-basis-riset-unpad-untuk-revitalisasi-sungai-citarum/
apabila mengutip konten berita ini.
[unpad.ac.id, 10/12/2020] Citarum adalah sungai yang menjadi denyut nadi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Sayangnya, sungai sepanjang 270 km ini masuk ke dalam daftar sungai terkotor di dunia oleh World Bank pada 2018 silam. Ini disebabkan, pencemaran Citarum sudah dikategorikan berat serta tingkat sedimentasi yang tinggi.
Pemerintah Indonesia sendiri mulai merevitalisasi Citarum melalui program “Citarum Harum”, mulai pertengahan 2018. Program ini melibatkan berbagai pihak yang tergabung dalam satuan tugas khusus. Mulai dari sektor pemerintah, militer, pelaku industri, akademisi, hingga komunitas. Tidak terkecuali Unpad.
Secara konsisten, Unpad ikut berkontribusi dalam upaya menangani permasalahan di Citarum. Salah satunya adalah membentuk Pusat Riset Citarum atau Citarum Center of Research (CCR).
Ketua CCR Unpad Dr. Cipta Endyana, M.T., menjelaskan, CCR Unpad didirikan menyusul adanya kebutuhan terkait perspektif akademisi dalam menyelesaikan permasalahan di Citarum. Karena itu, aktivitas riset di CCR tidak hanya terfokus pada satu bidang keilmuan saja, tetapi bersifat multidisiplin.
“Karena Citarum itu harus dilihat dari berbagai perspektif, tidak bisa parsial, sehingga banyak bidang ilmu yang terkait. Hal itulah yang menjadi ciri khas tujuan dari berdirinya CCR,” ujar Cipta saat ditemui di ruang CCR Unpad, beberapa waktu lalu.
Sejak didirikan dan dikukuhkan sebagai pusat riset 2019-2020, CCR Unpad mulai intens melakukan penelitian multidisiplin. Sampai saat ini, lebih dari 10 publikasi ilmiah dihasilkan oleh CCR Unpad.
Meski demikian, Unpad sendiri sudah lama melakukan penelitian di Citarum. Cipta mengatakan, sekira 318 penelitian terkait Citarum sudah dilakukan Unpad sejak awal berdiri. Penelitian ini merepresentasikan Pola Ilmiah Pokok Unpad yaitu “Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional”.
[irp]
Cipta menilai, permasalahan di Citarum terbilang kompleks. Ini disebabkan, permasalahan bukan hanya dari segi kerusakan alam, tetapi juga masalah sosial. Masalah sosial juga isu sosial yang mesti diselesaikan.
Dijelaskan Cipta, ada sejumlah isu sosial yang mengemuka. Pertama adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Tercemarnya sungai salah satunya diakibatkan oleh tingginya jumlah sampah plastik maupun limbah rumah tangga lainnya yang dibuang ke sungai.
Selain itu, karena menjadi nadi kehidupan Jabar, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sepanjang aliran sungai. Baik untuk tempat tinggal, aktivitas bertani dan beternak, hingga membangun industri.
Tidak heran jika banyak industri tumbuh di sepanjang DAS Citarum maupun Subdas Citarum. Cemaran limbah ke sungai tidak bisa dimungkiri.
Dosen Sekolah Pascasarjana dan Fakultas Teknik Geologi Unpad ini menjelaskan, pencemaran limbah sudah terjadi sejak dari kawasan hulu terus menjalar hingga kawasan hilir. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pencemaran Citarum terkategorikan berat.
Jika dibandingkan dengan sungai yang tercemar lainnya, Citarum bisa dinilai yang paling berat. Ini diperparah dengan minimnya area konservasi yang ada di sepanjang aliran sungai.
“Di tempat lain, rata2 berkembangnya urbanisasi manusia sehingga terjadi pencemaran paling banyak di hilir sungai. Sementara hulu tidak terganggung. Kalau Citarum terbalik. Bermasalahnya di hulu terus bermasalah sampai ke hilir,” kata Cipta.
Hal inilah yang mendorong banyak pihak ingin berkontribusi dalam menyelesaikan masalah di Citarum. Tidak terkecuali perguruan tinggi luar negeri. Saat ini, CCR Unpad tengah menjalin kerja sama riset dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, serta Monash University, Australia.
Kerja sama dengan MIT dilakukan untuk pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas air sungai dengan tujuan peningkatan kesehatan masyarakat. Sementara kerja sama dengan Monash akan dilakukan terkait penangan masalah sanitasi di area DAS Citarum.
Sayang, sejak pandemi Covid-19 melanda, kerja sama riset ini harus ditunda. Diharapkan, kerja sama akan kembali dilanjutkan begitu pandemi usai.
[irp]
Konsorsium Perguruan Tinggi
Tidak hanya perguruan tinggi luar negeri, komitmen juga muncul dari sejumlah perguruan tinggi Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Untuk itu, CCR Unpad terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam melakukan riset terkait Citarum.
“Kita buka selebar-lebarnya riset apa saja, tidak ada batasan. Kita dorong teman-teman di perguruan tinggi untuk meriset, hasil risetnya kita open ke publik,” ujar Cipta.
Atas inisiasi CCR Unpad, telah dibentuk Forum Akademisi Citarum (Fact). Forum ini dibentuk untuk mewadahi berbagai hasil riset dan pengabdian para akademisi yang akan, sedang, dan telah dilakukan di Citarum. Forum ini diketuai langsung oleh Cipta.
Nantinya, kata Cipta, Fact akan membentuk koordinator wilayah riset, sehingga setiap perguruan tinggi anggota forum akan mengoordinatori riset berdasarkan wilayah yang ditunjuk, baik di segmen hulu, tengah, hilir, atau di wilayah subdas sekalipun.
Adanya koordinator wilayah ini akan menata aktivitas riset di Citarum, sehingga setiap perguruan tinggi akan fokus mengerjakan riset berdasarkan wilayahnya masing-masing. Ini akan mendorong penataan riset dan menghindari riset yang ganda.
[irp]
Namun, bukan berarti setiap perguruan tinggi hanya boleh melaksanakan riset di satu wilayah saja. Cipta menuturkan, setiap perguruan tinggi boleh melakukan riset di luar wilayahnya. Namun, tetap berkoordinasi dengan korwilnya.
“Hasil dari situ, semua riset akan dikumpulkan sehingga semua akademisi punya peran yang sama dan kemungkinannya kecil untuk ada riset sejenis,” kata Cipta.
Nantinya, publikasi riset akan menghasilkan 2 jenis, yaitu artikel ilmiah dan artikel populer. Artikel ilmiah untuk kebutuhan publikasi di jurnal, sedangkan artikel populer ditujukan untuk berbagi dengan komunitas, pemerintah, maupun pelaku industri yang ada di Citarum.
Saat ini, penunjukkan koordinator wilayah masih dibahas oleh Fact. Unpad sendiri kemungkinan besar akan terkonsentrasi di kawasan subdas Citarik, salah satu subdas di DAS Citarum. “Karena Unpad berlokasi di Jatinangor yang masuk ke subdas Citarik, maka kemungkina besar kita di sana,” kata Cipta.*
Sumber https://www.unpad.ac.id/2020/12/ccr-basis-riset-unpad-untuk-revitalisasi-sungai-citarum/
[unpad.ac.id,
10/12/2020] Citarum adalah sungai yang menjadi denyut nadi sebagian
besar masyarakat Jawa Barat. Sayangnya, sungai sepanjang 270 km ini
masuk ke dalam daftar sungai terkotor di dunia oleh World Bank pada 2018
silam. Ini disebabkan, pencemaran Citarum sudah dikategorikan berat
serta tingkat sedimentasi yang tinggi.
Pemerintah Indonesia sendiri mulai merevitalisasi Citarum melalui
program “Citarum Harum”, mulai pertengahan 2018. Program ini melibatkan
berbagai pihak yang tergabung dalam satuan tugas khusus. Mulai dari
sektor pemerintah, militer, pelaku industri, akademisi, hingga
komunitas. Tidak terkecuali Unpad.
Secara konsisten, Unpad ikut berkontribusi dalam upaya menangani
permasalahan di Citarum. Salah satunya adalah membentuk Pusat Riset
Citarum atau Citarum Center of Research (CCR).
Ketua CCR Unpad Dr. Cipta Endyana, M.T., menjelaskan, CCR Unpad
didirikan menyusul adanya kebutuhan terkait perspektif akademisi dalam
menyelesaikan permasalahan di Citarum. Karena itu, aktivitas riset di
CCR tidak hanya terfokus pada satu bidang keilmuan saja, tetapi bersifat
multidisiplin.
“Karena Citarum itu harus dilihat dari berbagai perspektif, tidak bisa
parsial, sehingga banyak bidang ilmu yang terkait. Hal itulah yang
menjadi ciri khas tujuan dari berdirinya CCR,” ujar Cipta saat ditemui
di ruang CCR Unpad, beberapa waktu lalu.
Sejak didirikan dan dikukuhkan sebagai pusat riset 2019-2020, CCR Unpad
mulai intens melakukan penelitian multidisiplin. Sampai saat ini, lebih
dari 10 publikasi ilmiah dihasilkan oleh CCR Unpad.
Meski demikian, Unpad sendiri sudah lama melakukan penelitian di
Citarum. Cipta mengatakan, sekira 318 penelitian terkait Citarum sudah
dilakukan Unpad sejak awal berdiri. Penelitian ini merepresentasikan
Pola Ilmiah Pokok Unpad yaitu “Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup
dalam Pembangunan Nasional”.
[irp]
Cipta menilai, permasalahan di Citarum terbilang kompleks. Ini
disebabkan, permasalahan bukan hanya dari segi kerusakan alam, tetapi
juga masalah sosial. Masalah sosial juga isu sosial yang mesti
diselesaikan.
Dijelaskan Cipta, ada sejumlah isu sosial yang mengemuka. Pertama adalah
kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Tercemarnya sungai salah satunya diakibatkan oleh tingginya jumlah
sampah plastik maupun limbah rumah tangga lainnya yang dibuang ke
sungai.
Selain itu, karena menjadi nadi kehidupan Jabar, banyak masyarakat yang
menggantungkan hidupnya di sepanjang aliran sungai. Baik untuk tempat
tinggal, aktivitas bertani dan beternak, hingga membangun industri.
Tidak heran jika banyak industri tumbuh di sepanjang DAS CItarum maupun
Subdas Citarum. Cemaran limbah ke sungai tidak bisa dimungkiri.
Dosen Sekolah Pascasarjana dan Fakultas Teknik Geologi Unpad ini
menjelaskan, pencemaran limbah sudah terjadi sejak dari kawasan hulu
terus menjalar hingga kawasan hilir. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa pencemaran Citarum terkategorikan berat.
Jika dibandingkan dengan sungai yang tercemar lainnya, Citarum bisa
dinilai yang paling berat. Ini diperparah dengan minimnya area
konservasi yang ada di sepanjang aliran sungai.
“Di tempat lain, rata2 berkembangnya urbanisasi manusia sehingga terjadi
pencemaran paling banyak di hilir sungai. Sementara hulu tidak
terganggung. Kalau Citarum terbalik. Bermasalahnya di hulu terus
bermasalah sampai ke hilir,” kata Cipta.
Hal inilah yang mendorong banyak pihak ingin berkontribusi dalam
menyelesaikan masalah di Citarum. Tidak terkecuali perguruan tinggi luar
negeri. Saat ini, CCR Unpad tengah menjalin kerja sama riset dengan
Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, serta
Monash University, Australia.
Kerja sama dengan MIT dilakukan untuk pengembangan teknologi untuk
meningkatkan kualitas air sungai dengan tujuan peningkatan kesehatan
masyarakat. Sementara kerja sama dengan Monash akan dilakukan terkait
penangan masalah sanitasi di area DAS Citarum.
Sayang, sejak pandemi Covid-19 melanda, kerja sama riset ini harus
ditunda. Diharapkan, kerja sama akan kembali dilanjutkan begitu pandemi
usai.
[irp]
Konsorsium Perguruan Tinggi
Tidak hanya perguruan tinggi luar negeri, komitmen juga muncul dari
sejumlah perguruan tinggi Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Untuk itu,
CCR Unpad terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam
melakukan riset terkait Citarum.
“Kita buka selebar-lebarnya riset apa saja, tidak ada batasan. Kita
dorong teman-teman di perguruan tinggi untuk meriset, hasil risetnya
kita open ke publik,” ujar Cipta.
Atas inisiasi CCR Unpad, telah dibentuk Forum Akademisi Citarum (Fact).
Forum ini dibentuk untuk mewadahi berbagai hasil riset dan pengabdian
para akademisi yang akan, sedang, dan telah dilakukan di Citarum. Forum
ini diketuai langsung oleh Cipta.
Nantinya, kata Cipta, Fact akan membentuk koordinator wilayah riset,
sehingga setiap perguruan tinggi anggota forum akan mengoordinatori
riset berdasarkan wilayah yang ditunjuk, baik di segmen hulu, tengah,
hilir, atau di wilayah subdas sekalipun.
Adanya koordinator wilayah ini akan menata aktivitas riset di Citarum,
sehingga setiap perguruan tinggi akan fokus mengerjakan riset
berdasarkan wilayahnya masing-masing. Ini akan mendorong penataan riset
dan menghindari riset yang ganda.
[irp]
Namun, bukan berarti setiap perguruan tinggi hanya boleh melaksanakan
riset di satu wilayah saja. Cipta menuturkan, setiap perguruan tinggi
boleh melakukan riset di luar wilayahnya. Namun, tetap berkoordinasi
dengan korwilnya.
“Hasil dari situ, semua riset akan dikumpulkan sehingga semua akademisi
punya peran yang sama dan kemungkinannya kecil untuk ada riset sejenis,”
kata Cipta.
Nantinya, publikasi riset akan menghasilkan 2 jenis, yaitu artikel
ilmiah dan artikel populer. Artikel ilmiah untuk kebutuhan publikasi di
jurnal, sedangkan artikel populer ditujukan untuk berbagi dengan
komunitas, pemerintah, maupun pelaku industri yang ada di Citarum.
Saat ini, penunjukkan koordinator wilayah masih dibahas oleh Fact. Unpad
sendiri kemungkinan besar akan terkonsentrasi di kawasan subdas
Citarik, salah satu subdas di DAS Citarum. “Karena Unpad berlokasi di
Jatinangor yang masuk ke subdas Citarik, maka kemungkina besar kita di
sana,” kata Cipta.*
Silakan mencantumkan tautan/membuat
hyperlink
https://www.unpad.ac.id/2020/12/ccr-basis-riset-unpad-untuk-revitalisasi-sungai-citarum/
apabila mengutip konten berita ini.
Posting Komentar untuk "CCR, Basis Riset Unpad untuk Revitalisasi Sungai Citarum"